Condet, Apa Lagi Sekarang

Condet kini menjadi tuturan masa lampau. Hilang atau tepatnya dihilangkan karena visi perkotaan yang kabur.

Oleh: Kristian Ginting

Pemukiman penduduk yang padat, lalu lintas yang ramai, dan hiruk-pikuk kehidupan. Itu gambaran terkini daerah Condet, Jakarta Timur. Dulu, daerah ini pernah dijadikan sebagai lokasi cagar budaya Betawi di era Gubernur Ali Sadikin tahun 1976. Ide cagar budaya muncul dari Pemda DKI Jakarta. Pembangunan yang pesat di Jakarta tahun 1970-an mendesak Pemda untuk membenahi kota.

Ide yang lahir itu penting. Pemerintah memikirkan untuk memelihara keaslian dan keasrian budaya Betawi. Condet menjadi pilihan. Luas kawasan cagar budaya Betawi di Condet berkisar 18.228 hektar. Luasnya terbentang mulai dari kelurahan Batuampar, Balekambang, hingga Kampung Tengah.

Sebagai daerah cagar budaya Betawi, wajib bagi pemerintah untuk terus menata dan memelihara lokasi tersebut. Cagar budaya Betawi yang dikelola di Condet terfokus pada produk tanamannya. Hal ini diakui oleh Diding, anggota komunitas Ciliwung yang menekuni pelestarian lingkungan di Condet. Sebetulnya cagar budaya condet itu adalah budaya pertaniannya. Karena cagar budaya diberlakukan tahun 1974 – 1975, Condet pada saat itu masih hutan yang rimbun. Tanaman-tanaman besar yang produktif seperti salak dan duku masih bertumbuhan.

Diding berterus terang. Ia menjadi saksi hidup atas janji pemerintah. Sebelum tahun 1980-an, menjadi daerah tujuan wisata, baik wisatawan asing ataupun wisatawan lokal. Bahkan, sepanjang 1980-an kunjungan wisatawan asing lebih banyak jika dibandingkan dengan wisatawan lokal. Condet menjadi daya tarik.

Magnet  budaya itu saying sudah tidak bisa ditemukan lagi sekarang. Sepanjang mata berseloroh memandang Condet, yang terlihat hanya rumah penduduk yang berdempetan, jumlah penduduk yang padat dan jalur lalu lintas yang sibuk. Keberadaan lokasi cagar budaya pun perlahan hilang. Lenyap oleh simpang-siur pembangunan. Jika ada wisatawan yang datang ke Condet saat ini, mereka akan heran seraya bertanya di mana lokasi cagar budaya Betawi yang dikenal dengan salaknya itu.

Condet sebagai tujuan wisata budaya Betawi kini memang sudah menjadi mitos. Menjadi tuturan masa lampau, hilang atau tepatnya dihilangkan karena visi perkotaan yang kabur. Masalah demografi muncul. Pembangunan perumahan dan pertambahan penduduk melesat cepat. Diding, penduduk Condet yang resah itu, bertanya, “Apa lagi yang bisa diharapkan sekarang?”

Tinggalkan komentar